
Ujian dan cobaan merupakan sunnah penting Allah yang berlaku di setiap masa dan di setiap tahap kehidupan manusia. Dengan demikian tingkat komitmen manusia pada pokok dan keyakinannya dapat terbukti. Berdasarkan hal ini, salah satu hikmah penting ghaibah Imam Mahdi as adalah cobaan bagi umat manusia. Termasuk di antara ujian Allah swt pada masa ghaibah adalah pengukuran tingkat keimanan dan ketaatan manusia.
Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa pada masa ghaibah tersebut, manusia akan merasakan kesulitan yang hebat untuk tetap komitmen terhadap keyakinan agama mereka. Pada masa ghaibah, musuh akan menggunakan berbagai macam cara guna mencegah upaya masyarakat untuk mengetahui kebenaran dan hakikat, mulai dari propaganda pemikiran hingga budaya. Oleh karena itu salah satu imbauan penting agama pada masa ghaibah adalah komitmen terhadap agama dan nilai-nilainya. Dalam hal ini Imam Mahdi as mengatakan, "Setelah ghaibah masyarakat akan mengalami kebingungan".
Untungnya banyak orang yang berhasil lolos dari ujian tersebut. Mereka bukan hanya tidak melepaskan keimanan mereka terhadap Allah swt, bahkan terus berupaya untuk meningkatkannya. Pada masa ghaibah akan muncul berbagai macam pemerintahan diktator, demokrasi, sekuler, dan lain-lainnya. Masyarakat pada masa itu akan menyadari tujuan yang sebenarnya pemerintahan tersebut.
Mereka sama sekali tidak memperhatikan masalah keadilan sosial. Pada masa ujian ini, umat manusia pada akhirnya menyimpulkan bahwa satu-satunya cara untuk menghadapi kezaliman, perang, dan fitnah adalah dengan kembali kepada spiritualitas dan agama. Saat ini kita menyaksikan instabilitas di berbagai sektor kehidupan dan ini diakibatkan oleh jauhnya jarak manusia dengan agama.
Oleh sebab itu kini banyak orang yang mulai memalingkan kembali perhatian mereka kepada agama dan spiritualitas. Mengenai masalah keimanan yang sejati pada masa ghaibah Rasulullah saw mengatakan, "Wahai Ali, masyarakat yang paling beriman dan beragama adalah mereka yang hidup di akhir zaman. Mereka tidak melihat nabi sedangkan imam mereka ghaibah. Meski demikian, mereka tetap konsisten terhadap iman mereka dengan bersandarkan pada ilmu pengetahuan dan maarif serta buku-buku yang mereka miliki".
Namun, mengingat pembedaan antara kebenaran dan kebatilan pada masa ghaibah sangatlah sulit, maka tugas untuk menjelaskan hal tersebut dipikul oleh para alim ulama yang bertakwa. Mereka adalah para penjaga perbatasan hakikat Islam yang dapat memberikan jawaban terhadap seluruh kebutuhan umat manusia sesuai pada masanya dengan menggunakan argumentasi ilmiah. Pada masa ghaibah, para ulama tersebut adalah mencegah penyimpangan masyarakat dan berupaya menegakkan pemerintahan shaleh di muka bumi. Mengenai peran para ulama agama dalam masyarakat Imam Mahdi as mengatakan, "Para ulama akan menjaga hati masyarakat yang goncang, mereka seperti nakhoda yang menjaga kendali kapal".
Pada masa awal ghaibah, Ishaq bin Ya'qub, mengirimkan surat kepada Imam Mahdi as melaui seorang wakil beliau. Dalam suratnya, ia bertanya kepada Imam Mahdi bahwa kepada siapa saja masyarakat harus merujuk? Beliau menjawab: "Dalam berbagai peristiwa yang kalian alami, kalain harus merujuk pada perawi hadis. Karena mereka adalah hujjah kami untuk kalian dan aku adalah hujjah Allah untuk kalian".
Para cendikiawan Muslim berpendapat, benar bahwa Imam Mahdi as akan menegakkan keadilan dan membasmi kebatilan pada masa kemunculannya, namun hal ini tidak berarti bahwa masyarakat tidak berbuat apa-apa atau tidak peduli terhadap peristiwa yang terjadi di dunia, hingga masa munculnya Imam Mahdi as. Justru salah satu tanda-tanda pemerintahan shaleh Imam Mahdi as adalah keberadaan orang-orang shaleh yang berjuang menegakkan keadilan. Pada masa ghaibah, masyarakat berkewajiban untuk memperkokoh pilar-pilar agama, nilai-nilai kemanusiaan, dan keimanan. Dengan demikian kemunculan Imam Mahdi as akan semakin dekat dengan semakin banyaknya orang-orang mukmin yang peduli terhadap umat.(IRIB)
0 comments:
Posting Komentar