Laman

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Tampilkan postingan dengan label Seni dan Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seni dan Islam. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 November 2010

Kingdom of solomon, Tawaran Baru Sinema Iran



Para nabi adalah manusia-manusia agung dan teladan sempurna bagi umat. Tak berlebihan jika perjalanan hidup mereka banyak diabadikan dalam kitab-kitab suci. Tentu saja penukilan kisah-kisah tersebut bukan sekedar untuk memberikan hiburan tetapi merupakan sarana untuk membeberkan kehidupan nyata para nabi dan tujuan luhur dakwahnya. Sebagaimana dalam kitab-kitab suci lainnya, al-Quran juga banyak memiliki kisah para nabi seperti Nabi Adam as, Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, Nabi Isa as, dan Nabi Muhammad saw. Dalam kisah-kisah itu diceritakan mengenai langkah-langkah besar para Nabi as dalam memandu umat manusia. al-Quran bukan hanya bercerita tetapi juga mengemasnya dengan begitu indah dan apik. Sebagai misal, al-Quran menyuguhkan kisah Nabi Yusuf as dengan sangat indah dan menyentuh dan menyebutnya sebagai Ahsanul Qashash, kisah terbaik.
Salah satu kisah nabi yang tak kalah menariknya dalam al-Quran adalah kisah Nabi Sulaiman as. Dalam surat an-Naml, kisah nabi yang bisa berbicara dengan bahasa hewan itu dibedah dari berbagai sisi. Kisah itu dimulai dengan ayat-ayat yang menceritakan mukjizat dan keistimewaan yang diberikan Allah swt kepada Nabi Sulaiman as. Dalam kisah Nabi Daud dan Sulaiman as dengan jelas diceritakan bagaimana keberhasilan bapak dan putranya itu dalam memerangi kesyirikan dan penyembahan berhala di zamannya hingga mewujudkan sebuah kerajaan Ilahi yang adil dan sejahtera. Sebuah kerajaan yang perangkat utamanya adalah ilmu pengetahuan dan makrifat. Kerajaan Nabi Sulaiman as bukanlah kerajaan biasa. Kerajaan Nabi Sulaiman berpadu dengan kekuatan mu'jizat. Kemampuan Nabi Sulaiman dalam menguasai burung-burung, jin, dan angin merupakan sebagian dari mu'jizat yang membuat kerajaan Nabi Sulaiman disegani oleh semua bangsa dan tersohor di mana-mana.
Di sepanjang sejarah, banyak seniman yang mengisahkan perjalanan hidup Nabi Sulaiman as dalam bentuk puisi, drama, dan lukisan. Seiring dengan munculnya teknologi sinema, kisah nabi Sulaiman as pun di usung ke layar lebar. Kisah Nabi Sulaiman as untuk pertama kalinya difilemkan pada tahun 1909 oleh Stuart Blackton berjudul The Judgement of Solomon. Namun film berdurasi pendek dan hanya hitam-putih itu tak mampu menampilkan kisah Nabi Sulaiman itu dengan apik. Berikutnya pada tahun 1959 King Vidor menggarap kisah nabi bani Israel itu dalam film Solomon and Sheba. Film ini menyoroti secara khusus kedengkian kakak Nabi Sulaiman atas diangkatnya Sulaiman sebagai pewaris tahta kerajaan Nabi Daud as. Sayangnya film yang dibintangi oleh Yul Brynner ini menampilkan kisah Nabi Sulaiman versi yahudi yang banyak memuat penyelewengan sejarah.
Pada tahun 1997, kisah Nabi Sulaiman dikemas dalam film televisi oleh Roger Young, namun film ini pun sangat kental dengan perspektif yahudi. Dimensi spiritual Nabi Sulaiman tidak banyak disorot dalam film yang berjudul Solomon ini dan banyak menyisipkan penyimpangan sejarah.
Kini di tengah monopoli film-film bertemakan kisah para Nabi dari perspektif yahudi, para sineas Iran berusaha menggugat monopoli tersebut dan menawarkan alternatif baru dari sudut pandang Islam dan al-Quran. Film Kingdom of Solomon garapan Shahriar Bahrani merupakan film produksi Republik Islam Iran yang baru saja ditampilkan di layar lebar. Film ini mengetengahkan sebagian dari perjalanan hidup Nabi Sulaiman dengan bersumberkan dari riwayat al-Quran dan hadis.
Film yang berhasil menyabet 5 penghargaan utama dalam Festival Film Fajr 2010 Tehran itu dimulai dengan kisah pengangkatan Nabi Sulaiman sebagai Raja pasca wafatnya sang ayah, Nabi Daud as. Kala itu muncul ramalan yang mengisyaratkan bahwa setan-setan dan jin berencana menghancurkan dunia manusia. Nabi Sulaiman segera mengumpulkan para rohaniawan dan ilmuwan bani Israel untuk menghadapi konspirasi tersebut. Ironisnya mereka justru sering melakukan perbuatan zalim dan memakan harta riba dari rakyatya. Mereka bahkan menuding Nabi Sulaiman sebagai pengkhayal dan bodoh. Melihat kenyataan itu, Nabi Sulaiman as lantas memberi tugas kepada para saudara dan orang-orang terdekatnya untuk melindungi rakyat.
Namun sebagaimana yang diramalkan, pasukan setan dan jin akhirnya menyerang negeri Bani Israel. Banyak rakyat yang kerasukan jin dan menderita penyakit aneh sampai-sampai istri Nabi Sulaiman as pun turut dibunuh. Allah swt segera menurunkan bantuannya dan Nabi Sulaiman as diberi mukjizat berupa kemampuan untuk menguasai angin. Akhirnya Nabi Sulaiman as pun berhasil memenangkan peperangan. Lantas dengan kekuatannya yang makin bertambah, Nabi Sulaiman as memutuskan untuk mendirikan kerajaan yang lebih besar dan kuat guna menegakkan ajaran Ilahi.
Kisah tadi merupakan cuplikan singkat dari seri pertama Film Kingdom of Solomon. Rencananya kelanjutan dari kisah Nabi Sulaiman itu akan ditampilkan dalam seri kedua dan ketiganya yang segera akan digarap. Sebelumnya, Shahriar Bahrani, sutradara film ini juga sempat membuat film bertema keagamaan seperti film serial televisi Saint Mary yang mengisahkan perjalanan hidup Bunda Mariam, ibunda Nabi Isa as menurut perspektif al-Quran.
Dalam menggarap film Kingdom of Solomon, Bahrani banyak menampilkan bintang-bintang ternama Iran dan menggunakan teknologi visual-digital CGI (Computer-Generated Imagery) berupa pencitraan grafik komputer tiga dimensi. Bahkan film ini terbilang sebagai pengalaman pertama para sineas Iran dalam menggunakan teknologi pencitraan digital.
Sebenarnya penggarapan Film Kingdom of Solomon telah dimulai sejak tahun 2005 melalui riset, pembangunan lokasi dan pentas film, dan pemilihan para pemain film. Efek visual film ini digarap di Hongkong dan terbilang sebagai film terdepan Iran dari sisi sinematografi, dekorasi film, rancangan busana, dan tata rias wajah.
Saat digelarnya Festival Film Internasional Fajr ke-28, Kingdom of Solomon berhasil meraih 9 nominasi dan terbilang pencetak rekor terbaru. Film garapan Shahriar Bahrani ini memenangkan 5 penghargaan utama Festival Film Fajr 2010 dalam kategori tata rias terbaik, musik latar terbaik, efek suara terbaik, efek visual terbaik dan pemeran pembantu terbaik. Kingdom of Solomon juga berhasil mendapat penghargaan khusus Bendera Emas Festival Film Fajr selaku film terbaik penyebar ajaran Ilahi.
Kingdom of Solomon yang telah dirilis di bioskop-bioskop Iran semenjak 6 Oktober lalu itu mendapat sambutan luas masyarakat Iran bahkan telah memecah rekor penonton terbanyak di Iran. Film yang mengangkat kisah al-Quran ini bahkan berhasil mendorong orang-orang yang tidak pernah datang ke bioskop turut bertandang ke gedung sinema untuk menontonnya.
Sutradara film, Shahriar Bahrani menuturkan, "Dari sisi penceritaan dan diskripsi kenyataan, Kingdom of Solomon sama sekali tidak memiliki titik gelap. Kami semua berusaha mengerjakan karya kami ini berdasarkan informasi sejarah. Saya pikir film ini memiliki jutaan penonton di seluruh dunia yang ingin menyaksikan gambaran kehidupan Nabi Sulaiman as di layar lebar".
Menyinggung relevansi film yang digarapnya itu dengan realitas dunia saat ini, Bahrani menjelaskan, "Saat ini ekonomi dunia telah dinodai dengan riba dan kejahatan finansial benar-benar telah menjadi masalah serius. Dalam perspektif Islam, harta yang bersih dan halal merupakan pondasi kehidupan yang baik sementara riba penoda kehidupan. Saya dalam film ini ingin menegaskan bahwa riba di masa lalu juga telah menghancurkan moral dan spiritualitas di dalam masyarakat dan seorang nabi seperti Sulaiman berusaha bangkit menentangnya. Sebagian dari setan yang ditampilkan dalam film ini merupakan segolongan setan yang berhasil bertahan hidup lantaran perilaku riba sekelompok kalangan".
Selain memilik tampilan dan efek visual yang memukau, Kingdom of Solomon merupakan film yang sarat dengan pelajaran hidup. Karena itu film ini tidak hanya memiliki daya tarik visual yang menawan tetapi juga layak menjadi tontonan edukatif bagi semua kalangan. Rencananya dalam waktu dekat, Kingdom of Solomon juga akan diputar di pelbagai negara. (IRIB/LV)

Rabu, 10 November 2010

Permadani persia

Telah diakui oleh seluruh dunia bahwa Permadani merupakan hasil karya kesenian milik islam. (Berita SuaraMedia)



Telah diakui oleh seluruh dunia bahwa Permadani merupakan hasil karya kesenian milik islam. (Berita SuaraMedia)
Permadani adalah salah satu karya seni bernilai tinggi yang berkembang pesat di era kejayaan Islam. Keindahan permadani yang diciptakan para seniman di dunia Islam telah membuat takjub peradaban Barat. Betapa tidak. Permadani yang telah dikuasai masyarakat Muslim di masa kekhalifahan itu kerap disebut sebagai puncak karya seni. Tak heran, jika permadani menjadi buah karya seni Islami yang begitu populer di dunia Barat. Seni membuat permadani mulai didominasi peradaban Islam, setelah kekhalifahan mampu menge pakkan sayap kekuasaannya hingga ke Persia. Sejatinya, cikal bakal seni membuat permadani telah muncul jauh sebelum dunia Islam menjadi adikuasa.

Arkeolog berkebangsaan Rusia, Prof Rudenko, pada 1949 menemukan selimut Pazyryk di Pegunungan Altai di Siberia, Kazakhstan, bertarikh 5 SM. Setelah peradaban Islam mencapai kejayaannya, industri pembuatan permadani berkembang pesat, tak cuma di Asia Tengah dan Iran, namun juga di Kaukasus, India Utara, dan Spanyol Muslim.
Sebagai sebuah karya seni bernilai tinggi, permadani mendapat tempat khu sus dalam kebudayaan masyarakat Muslim. Apalagi, ayat Alquran menjanjikan surga yang di dalamnya terhampar permadani bagi umat yang bertakwa: "Me reka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan, buah-buahan di kedua syurga itu dapat (dipetik) dari dekat. (QS: AR Rahman: 54).
Bagi masyarakat suku Badui Arab, Persia, dan Anatolia, permadani menjadi benda yang sangat penting dalam ke hi dupan mereka, seperti untuk membuat tenda untuk melindungi diri dari badai pasir dan alas lantai yang nyaman bagi rumah tangga. Selain itu, permadani pun digunakan untuk menjadi hiasan dinding atau pembatas ruangan. Bahkan juga, di pakai sebagai selimut, tas, dan pelana kuda.
Permadani pada da sarnya digunakan di dunia Islam sebagai alas lantai masjid dan rumah-rumah. Tak jarang, permadani pun digunakan se bagai hisan dinding di istana-istana raja pada zaman keemasan Islam. Para seniman permadani Muslim pada zaman kejayaan Islam biasanya menggunakan bulu domba (wol), kambing, atau bulu unta sebagai bahan pembuatan perma dani. Seiring waktu, kapas dan sutera ju ga dijadikan bahan untuk menciptakan per madani.
Sejarah mencatat, permadani tertua yang berasal dari dunia Islam ditemukan di Fustat—Kairo Tua—bertarikh 821 M. Selain itu, juga ditemukan pula permadani bernilai tinggi yang dibuat pada abad ke-13, 14, dan 15 M. Berdasarkan pada bentuk ikatan desain hiasannya, per madani peninggalan dari zaman ke jayaan itu terbagi ke dalam dua jenis. Yang pertama berasal dari Spanyol Muslim, tampil dengan desain hiasan geometri.
Jenis yang kedua diyakni berasal dari Anatolia. Desain hiasannya berbentuk binatang. Konon pada abad ke-14 dan 15 M, desain hiasan seperti itu sedang tren. Adanya kesamaan antara permadani yag ditemukan di Anatolia dan Spanyol Muslim membuat sejumlah sejarawan mengambil kesimpulan bahwa permadani yang ditemukan di kedua wilayah itu sebenarnya adalah permadani yang didatangkan dari Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir.
Seni membuat permadani mencapai tingkat tertinggi dalam teknik, kualitas, dan desain pada zaman kekuasaan Dinas ti Seljuk Muslim. Menurut Ettinghausen, Dinasti Seljuk-lah pencipta yang sebenarnya permadani Islam. Sebuah stu di telah dilakukan untuk meneliti con toh produk permadani yang tersimpan di Museum Seni Islam di Istanbul dan Konya. Hasilnya, permadani yang ter simpan Museum Istanbul berasal dari Masjid Ala-Al-Din di Konya berasal dari abad ke-13 M.
Saat itu, Konya adalah ibu kota pemerintahan Seljuk Rum (1081 M-1302 M). Se dangkan, yang berada di Museum Konya ternyata permadani yang secara khu sus dibuat pada 1298 M untuk Masjid Eshrefoglu di Beysehir. Permadaninya sung guh indah, karena dihiasai dengan desain bintang yang geometris dan dibing kai dengan kaligrafi.
Pembuatan permadani sempat terhenti, ketika Kekhalifahan Seljuk mulai terpuruk akibat digempur invansi bangsa Mongol pada 1259 M. Persia, Suriah, dan Baghdad sempat jatuh ke tangan Hulagu Khan. Kota penting Islam itu pun dihancurkan, akibatnya produksi permadani terhambat. Dalam waktu yang terlalu lama, industri pembuatan permadani kembali menggeliat.
Dalam catatan perjalanannya bertajuk, Ar-Rihla, pengembara Muslim legendaris, Ibnu Batutta (1304 M-1377 M), mengisahkan kualitas permadani Anatolia yang dijumpainya di rumah peristirahatan bagi para pelancong. Penjelajah asal Barat bernama Marco Polo (1254 M- 1324 M) juga memuji keindahan permadani yang diciptakan peradaban Islam. Pada abad ke-14, desain hiasan binatang sangat digemari di dunia Islam.
Tren desain hiasan ini ternyata juga mampu memengaruhi para seniman di Barat. Lukisan berjudul Saint Ludovic crowning Robert Angevin yang dibuat Simone Martini (1280 M-1344 M) pada 1317 M, adalah sebuah lukisan permadani dengan desain geometris dan gambar elang di bawah tahta. Jika dirunut, ternyata permadani dengan desain hiasan gambar binatang sudah menjadi tren di Kota Fustat, Mesir, sejak abad ke-9 M. Ketika Kekhalifahan Turki Usmani berkuasa, penggunaan gambar, seperti binatang, mulai dilarang menghiasai permadani.
Sehingga, hiasan permadani lebih menggunakan bentuk geometri abstrak. Gaya ini menjadi ciri khas seni Kekhalifahan Usmani. Permadani Turki Usmani pun mulai mengenalkan desain hiasan dengan motif bergambar tumbuhtumbuhan. Di antara negara-negara yang ada di dunia Islam, permadani yang paling terkenal berasal dari Persia dan Turki. Meski telah berkembang sejak abad ke-9 M, seni pembuatan permadani di dunia Islam mencapai masa keemasannya pada awal abad ke-16 M. Ketika umat Islam telah mengenal dan menikmati hangat dan empuknya permadani, bangsa-bangsa di Barat belum mengetahui adanya permadani.
Bahkan, hingga abad ke-18 M sekalipun, baru sedikit orang Barat yang bisa menghadirkan permadani di rumah-rumah mereka. Padahal pada abad ke-10 M, masyarakat Islam di Spanyol Muslim telah melengkapi rumahnya dengan permadani. Se jarah mencatat, sebagian kecil kalangan elite Barat sudah mulai mengenal permadani pada abad ke-14 M. Adalah saudagar dari Italia yang mengenalkan permadani buatan dunia Islam ke peradaban Eropa.
Permadani pun mulai ramai digunakan masyarakat Barat ketika Tentara Perang Salib membawa per madani Turki sebagai oleh-oleh ke seluruh Eropa. Sebagai komoditas andalan di dunia Islam, produk-produk Permadani— terutama dari Persia—mulai mengalir deras membanjiri Eropa ketika rute perdagangan dibuka pada abad ke-17 M.
Sejak itulah, permadani menjadi barang yang wajib mengisi dan menghias rumah-rumah di dunia Barat. Lagi-lagi, umat Islam di masa kekhalifahan telah mengenalkan orang Barat dengan peradaban yang tinggi. Selain berutang budi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, orang Barat pun ternyata banyak meniru seni yang berkembang di dunia Islam.


Permadani Islam dari Dinasti ke Dinasti
Kejayaan Islam di masa keemasan ditandai dengan berganti-gantinya penguasa. Kejatuhan sebuah dinasti akan digantikan dengan dinasti lainnya. Hal ini ternyata turut memberi dampak pada berbagai bidang, khususnya seni membuat permadani. Setiap dinasti memiliki corak dan desain dekoratif permadani masing-masing.
Dinasti Mamluk Permadani di masa kejayaan Dinasti Mamluk umumnya terbuat dari wol. Namun, ada pula yang secara khusus dibuat dengan menggunakan sutera. Permadani yang dibuat para pengrajin dan seniman Dinasti Mamluk itukebanyakan diekspor ke Italia. Ciri khas permadani Mamluk terdapat pada pilihan warna yang cerah, seperti merah, kuning, biru, dan hijau. Motif hiasan geometris juga menjadi kekhasan desain permadani yang diproduksi pada masa kekuasaan Dinasti Mamluk.
Dinasti Safawiyah
Pada abad ke-16 M, ketika Dinasti Safawiyah berkuasa, produksi permadani menjadi semacam bisnis negara. Permadani peninggalan dinasti yang berkuasa di wilayah Persia itu menunjukkan bahwa permadani mendapat tempat yang sangat penting sebagai sebuah karya seni. Berbeda dengan permadani tradisional kaum pengembara, permadani yang diproduksi dibuat dengan teknologi yang lebih tinggi.
Pada masa itu, dinasti ini melakukan monopoli perdagangan permadani. Hasil ekspor permadani ke berbagai negara, termasuk Eropa, telah membuat pundi-pundi keuangan dinasti ini makin tebal. Salah satu ciri khasnya, desain hiasan yang tampil pada permada zaman itu adalah pola tumbuh-tumbuhan.
Dinasti Mughal Di akhir abad ke-17 M, permadani pun diproduksi di India. Di bawah kekuasaan Dinasti Mughal, permadani juga diproduksi secara besarbesaran. Para pengrajin di India memiliki kemampuan membuat permadani dengan cara mengadopsi desain dan teknik yang berkembang di Persia. Permadani dari anak benua India inipun terbilang populer.
Dinasti Umayyah Spanyol
Seni membuat permadani juga berkembang pesat di Spanyol Muslim. Di wilayah ini, permadani sudah mulai berkembang sejak abad ke-10 M. Pada abad ke-12 M, permadani Andalusia ini sudah mulai diperdagangkan ke Eropa. Ketika permadani Turki menjadi populer di Eropa, para pengrajin di Spanyol mulai mengadopsi beberapa desain motif dari Turki.
Kekhalifahan Turki Usmani
Ketika Turki Usmani berkuasa, pola dan teknik menenun permadani mulai berubah. Hal itu terjadi sekitar awal abad ke-16 M—setelah adikuasa dunia di abad ke-17 M itu menaklukkan Persia dan Mesir. Jika permadani Anatolia terkenal dengan gaya desain geometris binatang, Turki Usmani tampil dengan wajah baru.(rpb) www.SuaraMedia.com

Jumat, 05 November 2010

Masjid tertua dijawa

Rabu, 27 Oktober 2010

Manuskrip alquran kuno

The art of islam



web site counter